23 October 2013 | 14:09: Penulis: Darman Syah
SUDAH lama aku tidak memandang wajah manisnya
nan anggun dengan tahi lalat yang menempel dibawah bibir tepat disisi kanan
yang hampir berdekatan dengan dagu, yang membuat wanita itu semakin
terlihat manis adalah tahi lalat yang menempel dibibir bawah tepat dibagian
tengah, wajah gadis manis itu sering membuat ku tertegun setiap memandangnya.
Sebut saja nama wanita itu Andah, ia adalah kakak
letting ku saat kami masih satu sekolah disalah satu Madrasah ternama setingkat
SMP di salah satu kota di Aceh.
Andah merupakan wanita yang berwajah
manis dengan kulitnya yang putih, tingginya sekitar 156 centimeter, dengan
lekuk tubuhnya yang ramping membuat ia semakin menarik, saat masih satu sekolah
dulu tak ayal aku sering sekali memikirkan andah namun sayang sebagai pemuda
yang culun dan pemalu aku tidak pernah berani mendekati apalagi untuk menyapa
dan mengajaknya berbincang- bincang. Tapi setiap kali saat jam istirahat ketika
aku berpas-pasan dengannya aku sering malu untuk memandangnya, sehingga aku
selalu menunduk.
Sebut saja nama ku Ferry, aku hanya anak orang
sederhana ayah ku hanya seorang pedagang kecil yang penghasilannya pas-pasan
untuk membiayai kehidupan keluarga kami, aku memiliki seorang adik yang bernama
Yatun, karena factor kemiskinan aku tidak pernah berani mengenal wanita dan
pacaran, selain hanya belajar.
Meski aku tidak pernah mendapat peringkat saat
disekolah namun nilai ku lumayan bagus disekolah, bahkan aku sering masuk
sepuluh besar dikelas ku.
Saat masih menduduki bangku SMP dulu, ketika aku
mulai mengenal,Andah, aku sering sekali memikirkannya. Jika lamunan ku sudah
tertuju padanya sering sekali detak jantungku berdegup kencang seakan aliran
darah ku mengalir sangat kencang seperti arus sungai yang sedang mengamuk dan
terus mengalir mencari muaranya.
Hal yang paling membawa kenangan terindah pada
diriku saat itu, setiap kali jam mata pelajaran pagi dimulai ketika sepuluh
menit guru diruangan mulai mengajar aku selalu mencari berbagai alas an untuk
bias keluar kelas dengan berbagai alasan aku menuju kelas,Andah, dengan cara
mengendap-ngendap dari balik kaca jendela kelasnya aku selalu memandang
wajahnya. Jika aku sudah memandang wajahnya maka semangat belajar ku
bertambah. jika sehari saja memandang wajahnya maka aku akan bermalas-
malasan dikelas, dengan cara merebahkan kepala ku diatas meja belajar lalu
memilih tidur, bahkan tidak jarang memilih duduk di meja pojok paling
belakang dan menganggu teman ku untuk mengajaknya ngobrol. Tetapi jika sudah
bisa melihat wajah Andah maka aku selalu semangat memperhatikan mata pelajaran
yang diajarkan oleh guru ku, apapun mata pelajarannya akan aku sukai jika sudah
bisa melihat wajah mani, Andah, apalagi jika ia tersenyum membuat aku
semakin tergila- gila melihat wajahnya yang manis.
Kebiasaan itu terus aku lakukan, selalu setiap pagi
saat mata pelajaran dimulai, pernah sekali rasa kesal ku timbul ketika guru
Bahasa Inggris ku yaitu pak Abbas tidak mengizinkan ku untuk keluar, karena pak
Abbas sudah curiga padaku pasalnya setiap aku pamitan dengan alasan untuk buang
air kecil atau buang air besar tapi aku tidak pernah menuju ke toilet yang
letaknya bersisian dengan kantor dewan guru.
Yang membuat aku kecewa kadang- kadang ketika aku
keluar dari ruangan kelas ku, aku tidak mendapatkan Andah diruang kelasnya
ketika jam mata pelajaran. Jika aku tidak mendapatkannya tidak jarang setiap
jam istirahat tiba aku nekad masuk ke ruang kelasnya untuk membolak balikan
absensi melihat alasan ,Andah, tidak masuk sekolah.
Untuk masuk keruangan kelasnya
tentu saja aku tidak pernah takut karena meski aku hanya adik lettingnya aku
sangat akrab dengan kakak kelas ku, hal ini terjadi lantaran aku senang
bergaul, jadi mereka banyak yang mengenal ku.
Sedikit aku ingin menggabarkan sekolah ku di SMP
dulu, sekolah ku berdiri diatas lahan seluas limaratus meter persegi, dengan
pagar beton rendah tidak heran jika hendak bolos sekolah sangat mudah untuk
meloncat pagar sekolah, untuk ruang parker sepeda kami saat itu tepat berada di
belakang kelas dua.
Untuk ruang kelas sendiri Kelas satu berada di
bagian belakang, dengan jumlah ruangan empat kelas begitu juga dengan kelas dua
dan tiga, masing-masing tingkatan kelas dibagi tiga yaitu A,B,C dan D. Tepat
dibagian selatan terdapat Pustaka dengan buku- buku pelajaran yang lumayan
lengkap, untuk Ruangan Laboratorium Fisika dan Biologi berada di halaman depan,
sedangkan kantor dewan guru berada ditengah, untuk ruang kepala sekolah
berjajar atau sederet dengan kelas satu.
Jika dibandingkan dengan sekolah- sekolah lain tingkat
SMP saat itu, sekolah kami merupakan sekolah yang memiliki ruang laboratorium
paling lengkap, bahkan disekolah kami juga memiliki Laboratorium computer,
meski saat itu hanya memiliki empat computer dengan sistem yang masih jadul.
Maklum saat itu sistem komputernya masih dikenal dengan MS Dos, untuk menyimpan
data saja masih menggunakan disket, belum mengenal yang nama Flasdish, saat itu
Komputer di Kota ku masih langka bahkan diinstansi pemerintahan saja saat itu
para pegawai bekerja masih menggunakan mesin tik, ya maklumlah saat aku masih
tercatat kelas satu Madrasah tersebut tahun 1995, sedangkan, Andah kalau aku
tidak salah sekitar tahun 1994, itu juga kalau dia tidak pernah tinggal kelas
sebelum aku bersekolah disitu…hehehe.
Prestasi ku mulai terpuruk saat aku
kelas tiga SMP, terpuruknya prestasi ku saat itu ya disebabkan beberapa alasan
sih, dimana aku sudah mengenal yang namanya rokok, apalagi saat aku kelas tiga
Andah sudah meluluskan sekolahnya.
Saat itulah aku mulai bermalas- malasan untuk sekolah,
bahkan tidak jarang aku sering memilih untuk bolos sekolah. Biasanya jika aku
sudah bolos sekolah aku sering mangkal diwarung kelontong mini milik teman ku
yang bernama Usman, disana aku sering menghabiskan waktu dengan Jay dan juga
Nanang dengan menikmati kopi tubruk atau Kopi bubuk serta rokok.
Aku mulai merokok saat itu, karena aku berfikir
seorang pria terlihat macho ketika bisa merokok apalagi mahir dalam memainkan
asap rokok dengan cara mengeluarkan bulatan, aku belajar merokok saat itu
dikenalkan oleh Jay begitu juga bolos sekolah.
Jay sebenarnya anak pindahan dari salah satu SMP
kabupaten tetangga, ia pindah setelah tiga bulan bersekolah di SMP tersebut,
namun saat ia pindah ke Madrasah tempat ku bersekolah masih kelas satu juga
sih. Saat itu awalnya, Jay, memang pernah mendaftarkan diri disekolah ku namun
karena tidak lulus tes ia terpaksa sekolah dulu di salah satu SMP di Kabupaten
tetangga yang kebetulan saat itu di SMP tersebut bapaknya, Jay, merupakan
kepala sekolah. Setelah berlangsung catur wulan pertama bapaknya Jay mengurus
kepindahannya ke Madrasah tempat kami bersekolah.
Sekolah kami memang termasuk sekolah unggul dan
menjadi sekolah Favorit bagi warga di Kota ku, sehingga tidak mudah
untuk bisa masuk disekolah itu.
Bisa dikatakan saat kelas tiga merupakan petaka bagi
ku, apalagi saat Jay mulai memperkenalkan ku merokok, dan bolos. Saat itu aku
sih merasa enjoy aja, karena, Andah, gadis hayalan ku sudah lagi berada
disekolah itu, karena telah lulus.
Secara pribadi aku tidak mengenal siapa Andah, dan
latar belakang kehidupannya sehari- hari maupun prestasinya dikelas selama
bersekolah ditempat aku bersekolah, dan aku juga terlalu cuek tidak pernah
berfikir untuk mengorek informasi tentang kehidupan Andah kepada teman-
temannya, ya selain aku cuek bisa dikatakan aku juga malu untuk mencari tahu
tentang siapa dirinya, lantaran aku takut diledek teman- teman nanti jika aku
bilang aku naksir, Andah.
Saat aku masih SMP berbicara soal fisik saat itu
wajah ku masih lumayan ganteng sih, belum berjerawat dengan tinggi 170
centimeter, namun kalau bicara bentuk tubuh sih ya saat itu aku cengking bisa
dikatakan seperti tulang yang hanya dibungkus dengan kulit. Namun setama SMA
wajah ku bisa dibilang jadi hancur karena ditumbuh jerawat batu yang bentuknya
seperti bisul, hingga saat itu membuat wajahku jadi berlubang, ditambah lagi
dengan penyakit cacar yang menyerang ku sehingga makin porak- poranda saja
wajah ku hingga sekarang, untuk merawat wajah, ehmmmm….aku paling malas,
mungkin karena sifat ku yang cuek ya.
***
Tepat satu bulan aku memasuki kelas tiga yang saat
itu mood ku untuk sekolah rada- rada hilang Jay merayu ku untuk bolos, “ Fer,
ngapain masuk kelas sih kita bolos saja yuk besok” kata Jay pada ku.
“ Wah ide bagus juga tuh Jay, tapi gimana caranya
ya?” ungkap ku pada Jay, sambil bertanya. “ Ah, itu gampang saja besok kita
atur” kata Jay lagi, “ Oke, kalau gitu kita lihat situasi juga besok ya Jay”
sahut ku.
“ Baiklah, sahut Jay besok kita lihat kembali” kata
Jay, sekarang ayuk kita pulang, kebetulan saat itu sudah jam pulang sekolah,
kami pulang sekolah tepat sekitar pukul 14.00 Wib, usai melaksanakan ibadah
shalat Dzuhur bersama siswa dan para Guru, dan melanjutkan satu mata pelajaran.
Disekolah kami kecuali hari jumat sering Shalat Dzuhur bersama.
Esok paginya, kami melaksanakan rencana kami untuk
bolos sekolah, saat itu aku dan Jay tidak pernah bersepeda tapi setiap pulang
sekolah kami berjalan kaki istilah kami dulu mengatakannya bertapak ria. Sebenarnya
sih aku punya sepeda dirumah dibelikan oleh ayah ku dengan alasan agar aku
tidak terlambat masuk sekolah, namun sejak memasuki caturwulan ketiga kelas dua
aku sudah mulai malas naik sepeda kesekolah, bahkan lebih sering berjalan kaki.
Sejak sering bolos sekolah Jay selalu menggunakan
sepeda motornya itu dilakukan agar kami bebas berjalan kemana saja, maklum
disekolah kami tidak di benarkan membawa sepeda motor bagi para siswa hingga
tidak heran jika Jay membawa sepeda motor kesekolah maka ia memarkirkannya
diwarungkopi depan seberang jalan sekolah kami.
Pertama sekali bolos sekolah kami menuju warung mini
kelontong milik Usman, disana kami berkumpul dan ngobrol sambil menunggu jam
sekolah berakhir baru kami pulang kerumah masing- masing. Kegiatan rutin bolos
sekolah terus berlanjut.
Aku mulai rajin kembali masuk sekolah saat itu
ketika sudah memasuki caturwulan akhir yang mana saat itu sudah mendekati Ujian
Nasional atau UN yang saat itu kami sebut Ebtanas ( Evaluasi Belajar Akhir
Tahap Nasional) saat itu kami juga belum mengenal istilah smesteran.
Mulai aku rajin sekolah saat itu juga terganjal
sebuah alasan, saat itu kebetulan ada Razia di kelas karena ada laporan bahwa
sering kedapatan siswa disekolah tersebut sering merokok diluar sekolah saat
jam istirahat dan juga sering kedapatan siswa bolos, tapi tidak diketahui siapa
yang melapor, kalau kami ketahui bonyok kali ya yang melaporkannya.
Saat razia dilakukan kebetulan aku sedang masuk
sekolah alias tidak bolos kelas, lalu tiba- tiba paginya beberapa Guru masuk ke
kelas kami, salah satunya Guru Bimpen (Bimbingan Pendidikan) tapi saya
rada-rada lupa namanya, “Anak- anak tolong tas kalian semuanya dikeluarkan dari
laci dan letakkan di atas meja” ujar Guru Bimpen tersebut, mendengar perintah
tersebut kami langsung mengeluarkan tas dan meletakkannya di atas meja.
“ Hari ini kami terpaksa melakukan razia dalam tas
kalian, siapa tahu kalian membawa senjata tajam. Selain itu akhir-akhir ini
kami juga mendapat laporan dari luar kalian sering merokok saat dalam keadaan
berseragam sekolah” kata Guru Bimpen tersebut.
Ketika mendengarkan kata rokok, jantungku langsung
deg-degan dan wajahku mulai pucat pasi, hal ini disebabkan aku mengantongi
rokok di dalam tas ku, “ Tamat riwat ku” gumam ku dalam hati.
Tak lama setelah menyampaikan maksud dan tujuan para
Guru tersebut, langsung memeriksa tas kami. Dari 30 Siswa yang ada di kelas
delapan diantara kami berhasil ditemukan rokok, termasuk aku salah satunya.
Akhirnya tas kami disita. Setelah itu Guru Bimpen memerintahkan kami
keruangannya usai mata pelajaran pertama.
Usai mata pelajaran pertama kami pun menemui Guru
Bimpen, alih- alih sampai disana setelah diceramahi selama satu jam bukannya
tas kami dikembalikan tapi malah kami diberikan surat peringatan dan surat itu
diminta untuk disampaikan kepada orang tua, agar orang tua kami dating
kesekolah, aku mulai ketakutan.
Jujur saat aku menerima surat itu tangan ku
gemetaran, dan aku tidak tahu bagaimana untuk menyampaikan surat tersebut,
apalagi ada ancaman jika orang tua kami tidak datang kesekolah maka kami
diancam tidak akan mendapat nomor ujian untuk Ebtanas yang akan berlangsung
sekitar satu bulan lagi, dan tas kami tidak akan dikembalikan.
Aku bingung tidak tahu harus berbuat apa saat itu,
dan bagaimana aku memberikan surat itu kepada kedua orang tua ku, lalu kata apa
yang harus disampaikan, aku semakin ketakutan dan aku takut jika ini
kusampaikan maka aku akan mendapatkan kekerasan fisik mungkin semacam satu
tamparan tangan dari ayah ku yang akan mendarat ke pipi ku.
Usai jam sekolah berakhir aku seperti biasa langsung
pulang kerumah, saat sampai dirumah kebetulan lagi sepi lantaran ayah ku sedang
bekerja sementara ibu aku tidak tahu pergi kemana, aku beruntung karena orang
tua ku tidak memergoki ku pulang tidak membawa tas. Aku langsung menuju kamar
dan berbaring ditempat tidur dan tidak tahu bagaimana untuk menyampaikannya,
aku terus berfikir keras, tapi aku tidak menemukan titik solusinya, mungkin
karena aku berfikir dalam keadaan panik kali ya, makanya tidak dapat solusinya.
Keesokan harinya aku berpura- pura sakit agar tidak
masuk sekolah, karena alasan itu aku akhirnya diizinkan tidak bersekolah oleh
orang tua ku, tapi aku tidak menyampaikan surat izin sakit kepada
sekolah. Saat ayah ku sudah berangkat kerja akupun menuju ke dapur untuk
sarapa.
Usai sarapan aku kembali berfikir tentang masalah
yang kuhadapi di sekolah, akhirnya tanpa rasa takut dan aku berfikir ini adalah
resiko ku apapun kesalahan yang terjadi aku harus menghadapinya, “ Berani
berbuat salah, maka aku harus berani bertanggung jawab atas kesalahan ku. Jika
tidak kenapa aku harus memulai kesalahan itu” gumam ku dalam hati.
Saat melihat ibu ku sedang duduk diruang tamu, aku
mendekati ibu ku dengan menyampaikan sepucuk suratcinta dari sang Guru
Bimpen, iya surat cinta yang menuliskan kesalahan ku.
Saat surat itu kusampaikan kepada ibuku,
ibuku langsung membukanya, wajah ku merunduk dan mengerenyit seperti orang yang
sedang ketakutan, emang aku sedang ketakutan sih. Usai
membaca surat itu aku langsung diceramahi dan aku melihat ibu ku
menangis saat menceramahi ku, “ Fer, kamu tahu jika ayah mu tahu akan hal ini
dia pasti akan mengamuk. Yang harus kamu ketahui selama ini semarah apapun ayah
mu pada mu iya tidak pernah memukul mu, selain hanya mendiami mu. Tapi jika hal
ini terjadi ibu tidak jamin jika ia tidak memukuli mu, karena ini sama dengan
kamu mencoreng mukanya. Seumur hidup dia tidak pernah berbuat hal yang
memalukan tapi kenapa kamu tega melakukan ini kepada kami Fer” kata ibu ku
sambil meleraikan air matanya.
Lalu dengan penuh rasa amarah yang mampu di bendung,
ibu ku pergi meninggalkan ku lalu menuju kamar tidurnya, disana aku dapati
ibuku berbaring sambil terus menangis sehingga membuat matanya sengkak.
Sementara itu aku hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan apapun karena aku
cukup menyadari kesalahan ku.
Meski aku sudah menyampaikan surat teguran
dari sekolah kepada ibuku, namun saat itu ibuku tidak menyampaikan langsung
kepada Ayah ku, karena beliau tahu ayah ku capek baru pulang kerja. Namun ibu
ku mencari waktu yang tepat untuk menyampaikannya agar Ayah ku tidak marah-
marah dan memukuli ku.
Keesokan harinya usai ayah ku sarapan dan hendak
berangkat kerja, ibu ku memberikan surat itu kepada ayah ku, saat ayah ku
membaca surat itu mulai wajahnya memerah dan menunjukan perasaan amarah yang
cukup besar karena ayah ku merasa ia selama ini tidak pernah kurang memberikan
perhatian terhadap ku, mulai dari pendidikan sekolah hingga mengaji dan selalu
memerintahkan salat kepada ku. Tempat pengajian yang ia berikanpun tidak
tanggung- tanggung, aku diantarkan mengaji di tempat temannya yang merupakan
seorang ulama yang sudah cukup dikenal, biasanya santri pengajian memanggil
guru ngaji kami Abu Syik, kalau nama Aslinya sih Teungku H. Ibrahim Gandapura.
Marah ayah ku juga bukan tidak beralasan, meski
beliau hanya pedgang kecil tapi dilingkungan kami tinggal beliau juga sangat di
hormati oleh warga sekitar, bahkan beliau juga dipanggil Teungku oleh warga.
Biasanya dimalam hari selain mengajarkan ku dan adik ku mengaji ayah ku juga
mengajarkan ngaji anak- anak sekitar lingkungan, aktivitas mengaji biasanya
dilakukan usai salat Magrib hingga menjelang salat Isya.
Bak terpukul dan tergoncang jiwanya, ayah ku
memanggi ku, dan minta duduk didekatnya beruntung saat itu aku tidak dipukul,
mungkin karena beliau memang tidak ringan tangan ya makanya kekerasan terhadap
anak tidak dilakukan, sudah lazim biasanya jika aku buat kesalahan beliau hanya
menegur jika lelah menegur paling ya mendiami ku. Aku juga orang yang menyeganinya.
Bahkan aku sering tidak berani berbicara atau berdiskusi bicara apapun pada
ayah ku jika tidak penting.
Hari itu aku kembali mendapat ceramah dengan bahasa
nurani dari ayah ku, berbicaranya pun sangat lemah lembut” Fer…kamu sudah
besar, Ayah tahu tidak lama lagi kamu akan masuk SMA. Dan saat kamu SMA
nantinya kamu akan beranjak dewasa” kata ayah ku. Lalu beliau terdiam sesaat.
Aku tidak berkata apapun selain hanya terdiam, dan
ayah ku pun melanjutkan pembicaraannya, “ Kamu tahukan Fer ayah tidak bisa
memukul mu, dan memang tidak suka memukul apalagi kamu anak ayah. Ayah pikir
selama ini dengan menyekolahkan kamu disekolah yang tinggi wawasan agama, lalu
mengantar mu ditempat pengajian yang cukup bagus dan juga malam harinya ayah
meski lelah usai bekerja dari pagi hingga sore hari juga mengajarkan kamu ngaji
supaya kamu taat agama dan selalu menjaga kami” aku tetap terdiam bahkan diam
ku kali ini bagai patung.
“ Kamu tahu Fer, jika nantinya ayah dan ibu mu sudah
tua, dan kamu sudah dewasa lulus sekolah bahkan nantinya jika kamu kuliah ayah
dan ibu mu tidak meminta apapun dari kamu selain kami hanya bisa mendoakan kamu
dan bangga dengan keberhasilan mu. Tapi jika kamu masih kecil saja sudah
seperti ini bagaimana kamu bisa menjadi orang yang berhasil dikemudian hari”
ucapnya lagi.
“ Memang Fer kami miskin, tidak mampu member mu
kemewahan, tapi setidaknya kami selama ini terus berusaha dengan kerja keras
banting tulang untuk membuat mu dan adik berhasil kelak” ungkapnya.
Aku semakin terdiam, dan hanya bisa bergumam dalam
hati sambil merefleksikan kesalahan ku yang aku rasa sudah begitu besar selama
ini,” Ternyata begitu besar pengorbanan orang tua ku bahkan tidak mengharap
apapun dari ku maupun adik ku jika satu saat kami berhasil” hati ku berkecabuk
dan aku hanya bisa meneteskan air mata.
Kata yang paling berkesan yang di ucapkan ayah ku
dan membuat aku masih mengingatnya hingga kini adalah, jika kelak kami sudah
menjadi berhasil, meski beliau maupun ibu ku sudah renta mereka tidak akan
sedikit pun meminta uang kami maupun perhatian,” Meski mata kami sudah bertahi,
kulit mengkriput. Kami sudah pikun, bekerja sudah tidak mampu lagi bahkan jika
satu saat kami tidak mendapatkan rezeki untuk makan serta sudah sakit- sakitan
serta melemah ditempat tidur, kamu tidak melihat kami juga tidak apa- apa kami
tetap memaafkan mu. Kami ikhlas dengan semua yang kami lakukan terhadap kalian
selama ini, dan kami sadar kamu adalah titipan Allah yang diberikan kepada kami
untuk kami didik terutama dengan Agama. Jadi tolonglah cukup hargai kami
sedikit saja, kami tidak minta banyak” kata ayah ku saat itu pada ku.
Usai menceramahi ku, ayah ku beranjak pergi sebelum
berangkat kepasar tempat ia berjualan, ayah ku kesekolah terlebih dahulu untuk
menyelesaikannya, usai masalah disekolah ku baru ayah ku bekerja. Aku tahu
meski beliau tidak mengatakannya beliau datang kesekolah ku dengan berat hati
dan dengan jiwanya yang terpukul.
Usai itu akupun tersadar, dan aku mulai rajin
bersekolah, hari demi hari berlalu, dan akhirnya aku mampu meluluskan sekolah
ku dengan predikat nilai memuaskan dimana nilai Ebtanas ku mencapai 43, 36.
Lalu aku melanjutkan sekolah Tekhnik dulu kami sebut
dengan STM (Sekolah Tekhnik Menengah) disana aku mengambil jurusan listrik, di
SMA sifat malas sekolah ku tapi saat itu beruntung meski aku sering kedapatan
membolos tapi tidak dipanggil orang tua ku, dan berhasil lulus dengan nilai
yang cukup baik bahkan masuk sepuluh besar.
Tahun ketahun terus berjalan, saat kuliah aku sempat
mengabil jurusan ekonomi namun sayang aku Drop Out, maklum saat tsunami 26
Desember 2004 aku memilih Drop out, dan apalagi pasca tsunami aku mendapat
pekerjaan disebuah NGO atau LSM yang saat itu memang merupakan gengsi besar
dikehidupan masyarakat Aceh, jika sudah bekerja di NGO maka sudah dianggap
mapan dan bisa diacungkan jempol karena bekerja di NGO tidak mudah, apalagi
bekerja di NGO saat itu sallerynya cukup besar.
***
Seiring hidup waktu terus berjalan, proses Rehab
Rekon di Acehpun berakhir, NGO yang pernah datang ke Aceh pun satu persatu
angkat kaki karena mereka telah usai menuntaskan program mereka, akupun
kehilangan pekerjaan ku. Lalu aku kini mendapat pekerjaan disalah satu media,
jujur yang namanya Andah tidak pernah lagi terlintas di benak dan pikiran ku,
karena kami sudah tidak pernah lagi bersua selama bertahun- tahun.
Tapi aku sangat kaget ketika suatu hari aku
melihat,Andah, disalah satu kompleks perkantoran ia sedang berhadapan dengan
tim Satpol PP dan Wiliyatul Hisbah biasa disingkat WH ( WH juga disebut dengan
polisi syariat islam) hehehe, maklum di Aceh selain berlaku hukum Negara juga
berlaku hukum islam.
Rupanya,Andah, saat itu terjaring razia mereka
dengan alasan pihak Satpol PP dan WH ia tidak menggunakan pakaian sesuai aturan
atau melanggara Qanun nomor 11 Tahun 2002. Tapi ada yang aneh ketika, Andah,
mengatakan ia terjaring karena melanggar aturan syariat, karena saya melihat
pakaian yang ia gunakan cukup- cukup sopan.
Ia menggunakan baju yang cukup longgar berkain li
bahkan hingga lutut, Andah bilang pada ku sih ia terjaring hanya karena
menggunakan celana jeans yang dianggap WH merupakan pakaian pria.
Oya aku lupa, kebetulan saat itu pihak Satpol PP dan
WH menggelar razia PNS dan Busana yang dianggap non muslimah, karena itulah
membuat,Andah, terjaring. Tentunya aku berada ditempat itu bukan terjaring tapi
disebabkan kepentingan pekerjaan maklum untuk reportase atau melaporkan
peristiwa.
Aku coba membujuk indah untuk menjadi narasumber,
namun Andah menolaknya dan tidak mau untuk dinaikan beritanya. Kenapa saat itu
Andah yang saya minta menjadi narasumber, tidak ada manipulasi loh disini, yang
disebabkan ia kakak letting ku, dan aku juga memiliki perasaan yang terpendam
pada dirinya, tapi murni disebabkan oleh pekerjaan karena saat itu dari puluhan
yang terjaring indah sudah menggunakan busana yang cukup sopan dan juga tidak
sedikitpun mengundang syahwat, lantaran tidak ada lekuk tubuhnya yang
diperlihatkan indah, beruntuk setelah capek memaksanya untuk menjadi narasumber
akhirnya indah mau memberikan komentarnya.
Aku beruntung sekali karena,Andah, mau berkomentar
jika tidak maka aku yakin laporan reportase yang aku sajikan dimedia ku tidak
berimbang dan terkesan hanya menaikan pamor Pihak Satpol PP dan WH saja.
Apalagi saat itu indah terjaring razia terkesan janggal bagi ku, tapi sebagai
orang yang harus independen tetap saja aku tidak boleh berkomentar atau
beropini.
Yang membuat aku menggelitik saat itu, ketika Andah
mengatakan ia terjaring karena menggunakan Jeans yang dinilai pakaian pria,
padahal Jeans yang ia gunakan tidak ketat, bahkan bajunya juga tertutup hingga
bawah lutut seperti layaknya gamis.
Dinilai- nilai aneh juga ya, kalau memang Jeans itu
dianggap tidak sopan kenapa lelaki yang menggunakan jeans yang ketat yang juga
menunjukan lekuk mulai dibagian kaki apalagi kalau ketatnya hingga pinggang
sudah barang pasti tonjolan aneh yang diapit paha terlihat jelas juga dong.
Terus anehnya lagi yang membuat saya bertanya- Tanya
hingga kini kalau memang syariat islam ingin ditegakkan secara kaffah, terutama
dibidang busana kenapa pemerintah tidak melakukan razia toko- toko pakaian yang
menjual pakaian ketat dong, karena tidak mungkin kaum wanita menggunakan
pakaian ketat jika tidak ada yang menjualnya, kenapa pemerintah hanya berani menggelar
razia jalanan, jika ingin menegakkan hukum yang sebenarnya harus berimbang,
kalau tidak jangan sama sekali.
Aku berfikir jika itu dilakukan pemerintah apa
mereka takut toko- toko akan pada tutup dan tidak menghasilkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Kasian dong mereka yang sudah terlanjur membeli
pakaian, lalu pakaian itu tidak boleh digunakan, berapa banyak sudah uang harus
dibelanjakan untuk itu. Apa tidak sebaiknya kaum wanita memboikot saja dengan
tidak membeli pakaian super ketat.
Ah sudahlah kita lupakan masalah pakaian ketat,
ataupu syariat islam karena itu juga fenomena social yang tidak akan ada
pangkal dan ujungnya untuk di bahas, karena itu memang membutuhkan kecerdasan
intelektualitas dalam mendisikusikannya, namun yang terpenting yang ingin
kukatakan saat ini adalah aku seperti mendapatkan durian runtuh alias hati ku
sedang berbunga- bunga, bagaiamana tidak sosok wanita manis, yang dulu pernah
aku kagumi kini muncul dihadapan ku, dan aku kembali bisa melihatnya.
Saat itu juga aku tidak menyia-nyiakannya, aku
langsung meminta kontak PIN BB nya, maklum untuk meminta nomor Hand Phonenya
akau belum berani, hehehe masih rada-rada takut dan gerogi sih, dapat PIN BB
nya saja aku sudah sangat beruntung, jadi aku bisa BBM dengannya…haha.
Sayangnya pertemuan saat itu terlalu singkat
setelah, Andah, menandatangani surat pernyataan tentang tidak
mengulangi berpakaian tidak sesuai dengan yang diperintahkan dalam aturan
akhirnya indah meninggalkan lokasi tempat razia berlangsung.
Hemmmm, namun aku tidak begitu kecewa, dan aku terus
berkomunikasi dengan indah bahkan aku langsung menyampaikan apa yang sudah
pernah aku pendam bertahun- tahun selama ini terhadap gadis manis itu.
Tapi tetap aja,Andah, tidak mempercayainya, meski
aku sudah jujur dengan perasaan ku bahkan aku nekad saja saat itu melalui pesan
BBM yang kukirimkan ke dia, meski aku belum tahu apakah ia sudah memiliki
seseorang atau belum, ah malas aku untuk menanyakannya, lagian sebelum janur
kuning belum melambai di depan rumahnya aku masih punya kesempatan untuk masuk
kerelung hatinya. Yang terpenting bagi ku, Jodoh di tangan Tuhan, jika Tuhan
sudah berkehendak apapun terjadi, yang penting kun fayakun sajalah.
Pikiran yang paling konyol terbesit hingga kini
dipikiran ku, bisa saja pertemuan ku dengan Andah, sudah ditakdirkan Tuhan dan
bisa saja memang Tuhan sudah menggariskan Andah menjadi jodoh ku, apalagi ia
selama ini memang wanita yang kuharapkan. Hehehe, aku ke PeDean kali ya. Ah
yang jelas aku hanya bisa berharap ada keajaiban dari langit ketujuh untuk
memberikan kesempatan kepada ku mempersunting bidadari yang bernama Andah, dan
aku yakin betapa bahagianya aku, jikan Andah yang akan menjadi pendamping hidup
ku kelak.
Yang jelas aku akan terus meyakinkannya, dan
berharap untuk bisa memilikinya semoga saja Andah terbuka hatinya, dan satu
saat menerima ku meski wajah ku tidak tampan, yang jelas aku akan terus
meyakinkan hati ku, dibalik penantian tanpa ujung.
*** TAMAT***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar