INI
LAH ALASAN MENGAPA TRI RISMAHARINI WALIKOTA SURABAYA HARUS SEGERA DI LENGSERKAN
DARI JABATAN NYA
1.Karena
Ibu Risma Ingin Menutup Lokalisasi Dolly, Ia Miris Melihat PSK 60 Tahun Tega
Layani Anak SD dan SMP Ya
Tuhan, ampuni kami. Rismaharini menangis menceritakan itu di acara Mata
Najwa barusan (12/2). membuat Mata berkaca-kaca.
Najwa Shihab pun tampak
berusaha menahan diri namun suaranya yang parau dan bergetar tak bisa
menyembunyikan kekagetan dan kesedihan yang campur baur.
Ibarat
kanker, penyakit masyarakat yang berusaha disembuhkan sang Walikota berkerudung
yang akrab dipanggil Risma ini sudah sampai stadium empat. Ada penyakit kronis
yang berakar dari suatu komunitas bernama Gang Dolly. Diantara ratusan PSK di
kawasan itu, Risma menemukan ada pekerja seks komersil (PSK) yang tidak pernah
pensiun menjalankan profesi primitif itu meski usianya sudah mencapai 60 tahun.
Siapakah gerangan orang gila yang mau jadi pelanggannya?
Tangis
Rismaharini meledak. Ia seperti tak sanggup menceritakan bahwa pelanggan PSK
gaek itu adalah sejumlah remaja dan pelajar. Ada yang masih duduk di bangku
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Entah karena nafsu atau sekedar
ikut-ikutan, mereka layaknya orang dewasa pemburu seks menjadi pelanggan sang
nenek. Bayarannya sesanggupnya, bisa seribu atau dua ribu rupiah, jelas Risma
miris.
Risma
tak sanggup menceritakan semuanya.”Saya tidak tega mbak,” cuma sepenggal kata
itu yang terlontar dari mulutnya sebelum air matanya makin berderai. Najwa
terpaksa mempercepat commercial break untuk memberi kesempatan kepada Walikota
yang dicintai rakyatnya ini membenahi perasaannya.
Salah
siapa dosa siapa. Gang Dolly memang pernah identik dengan kota Surabaya.
Puluhan Walikota telah berganti, seakan tak ada yang sanggup atau berani
mengusiknya. Mungkin tempat itu di backup oleh sejenis genderuwo, dedemit,
kuntilanak atau apapun namanya. Di tempat itu anak-anak usia sekolah sudah
terbiasa melihat pintu kamar di rumahnya tertutup karena salah satu keluarganya
sedang “melayani” pelanggannya.
Bisa
terbayangkan betapa perih hati seorang ibu seperti Rismaharini melihat generasi
muda dalam lingkup amanahnya mengalami degradasi moral seperti itu. Ia
menceritakan suatu peristiwa ketika ia mencoba memahami derita “anak-anaknya”
di suatu sekolah.
Ia
telah melakukan pendekatan psikologis kepada sejumlah siswa di suatu kelas
dimana ia meminta anak-anak dari kawasan dolly dikumpulkan di situ. Dua jam
berlalu, dan anak-anak itu hanya duduk dengan tatapan kosong tanpa ekspresi. Tak
ada yang bertanya apalagi berkomentar.
Namun
sejurus kemudian bertumbangan karena pingsan. Seakan keluh kesah anak-anak yang
tak berdosa itu tak cukup lagi untuk menjelaskan derita jiwa yang mereka alami,
apalagi mereka sadar bahwa hidup mereka hari ini dan masa depan mereka
tergantung pada kelangsungan profesi keluarganya yang dipandang nista oleh
masyarakat.
2.Karena
dia menolak proyek tol dalam Kota Surabaya Jalan
raya, menurut Risma, seharusnya dapat diakses publik secara gratis. Berbeda
dengan jalan tol yang bisa dilalui publik dengan mengeluarkan sejumlah uang.
“Prinsipnya, kalau masyarakat bisa memanfaatkan jalan secara gratis, kenapa
harus bayar? Sedangkan jalan tol kan hanya dilalui orang-orang tertentu,” kata
Risma.
Risma
berpendapat jalan tol di dalam kota hanya akan mematikan bisnis di sekitarnya.
Dampak lainnya, kaki-kaki jalan tol akan menyebabkan banjir di daerah sekitar.
Karena berbagai alasan tersebut, Risma memutuskan untuk menolak pembangunan
jalan tol Surabaya.
“Saya hanya tak mau suatu saat orang Surabaya mencaci-maki saya karena salah,
meskipun saya sudah mati. Iki tak gowo sak turunanku (Ini saya
bertanggung-jawab kepada keturunan saya),” kata Risma. Memimpin Kota Surabaya
sejak Oktober 2010, Risma kini dilanda tekanan sejumlah kekuatan politik di ibu
kota Jawa Timur itu.
Salah satu tekanan justru datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) yang mengajukannya sebagai calon wali kota, tiga tahun silam. Partai ini
menyorongkan Wisnu Sakti Buana, Ketua PDIP Surabaya, sebagai wakil wali kota
pengganti tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Risma. Lebih dari
sekadar tak cocok, Risma mengendus ada kepentingan bisnis di balik penetapan
Wisnu itu.
Risma menyatakan sama sekali tidak masalah jika harus mundur. “Saya sudah berikan
semuanya. “Capek saya ngurus mereka, yang hanya memikirkan fitnah,
menang-menangan, sikut-sikutan.” Ketika ditanya siapa yang dimaksud dengan
“mereka”, Risma tidak mau menjawab.
Seperti diketahui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku sudah capek dengan
semua masalah yang dihadapinya belakangan ini. Dia mengaku sangat siap untuk
meninggalkan jabatan sebagai Wali Kota Surabaya.
Ditanya
apakah dia tidak memikirkan masyarakat Kota Surabaya, Risma terlihat murung.
“Warga miskin yang aku pikirin. Tapi aku kan juga manusia. Aku sudah berikan
semuanya,” katanya sembari menahan air matanya yang nyaris jatuh.
Menjadi
seorang Wali Kota Surabaya sebenarnya bukan pilihan perempuan 52 tahun itu.
Risma mengaku dipaksa untuk tetap maju menjadi orang nomor satu di Surabaya.
Namun ia kini tertekan oleh sejumlah kekuatan politik.
3.Karena
Berhasil menangani pengemis dan Pengamen
Gubernur
DKI Jokowi mengaku belum punya jurus jitu untuk mengatasi pengemis di Jakarta.
Tapi di Surabaya, Wali Kota Tri Rismaharini sudah punya solusinya. Apa
solusinya?"Di
Surabaya tidak ada pengemis, bisa dicek. Kalau ada yang ngemis saya tangkap,
saya tega," kata Risma saat berkunjung ke Gedung Trans TV di Jl. Kapten
Piere Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (11/2/2014).
Risma
punya alasan tak ingin Surabaya jadi kota dengan banyak pengemis. Menurutnya,
Indonesia adalah negara besar dan harus menjaga kehormatan.
"Kita
harus jadi negara terhormat, tidak boleh ada yang ngemis," katanya. Karena itu para pengemis dipensiunkan. Risma memberikan pelatihan agar para
pengemis bisa berkarya di bidang lain. "Ada
yang minta pelatihan saya beri pelatihan, jadi tidak ada lagi yang
ngemis," katanya.
Selain
pengemis, Risma juga sudah membebaskan Surabaya dari pengamen. Pengamen jalanan
disulap jadi musisi jalanan. "Pengamen
kita gaji Rp 2,5 juta sebulan. Tapi tidak boleh ada yang muter, jadi dia boleh
ngamen tapi berhenti saja di situ," kata Risma yang mengenakan batik
cokelat ini.
Jokowi
pernah mengakui secara terbuka dirinya belum punya jurus mengatasi pengemis dan
anak jalanan. "Saya ngomong apa adanya, memang belum terselesaikan,"
kata Jokowi saat ditanya soal solusi mengatasi pengemis dan anak jalanan di
Jakarta.
Hal
ini disampaikan Jokowi saat berkunjung ke redaksi TransTV di Jl Kapten Tendean
No 12-14 A, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014) petang.
Jokowi
mengaku sudah melakukan banyak hal untuk mengatasi dua masalah tersebut. Namun
belum juga terselesaikan. "Anak
jalanan sudah ada tempat penampungan, pengemis juga sudah dibawa dari
perempatan-perempatan. Tapi penampungan tidak cukup, ya memang belum
terselesaikan," kata pria 52 tahun yang mengenakan kemeja putih ini.
4. Karena
menaikkan pajak Reklame agar kota tidak menjadi Belantara Iklan
Wali
kota Surabaya Tri Rismaharini membuat jutaan pasang mata terharu. Dalam acara
Mata Najwa, Rabu (12 Februari 2014) malam, Risma menangis saat menceritakan
kondisi remaja yang menjadi pekerja seks komersial di kawasan Dolly Surabaya.
Namanya pun segera menjadi trending topic, bukan hanya lantaran ia mengajarkan
tanggung jawab, tetapi juga karena di tengah perjuangannya yang berat dan
berhasil mengubah Surabaya, rupanya ada pihak yang ingin menjatuhkannya.
Risma
– Bambang DH diusung oleh PDIP pada Pilkada Kota Surabaya 2010 lalu. Meski
demikian, dengan alasan yang menurut Mendagri mengada-ada, PDIP justru ingin
menjatuhkan Risma, tepatnya pada 31 Januari 2011 melalui hak angket Ketua DPRD
Surabaya Whisnu Wardhana, yang kini menjadi wakilnya.
Saat
itu Risma dinilai melanggar undang-undang karena mengeluarkan Peraturan Wali
Kota Surabaya Nomor 56 Tahun 2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame dan
Perwali Nomor 57 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame Terbatas di kawasan
khusus Kota Surabaya.
Namun
wali kota perempuan pertama di Surabaya itu beralasan pajak di kawasan khusus
perlu dinaikkan agar pengusaha tidak seenaknya memasang iklan di jalan umum,
dan agar kota tak menjadi belantara iklan. Dengan pajak tinggi, pemerintah
berharap, pengusaha iklan beralih memasang iklan di media massa, ketimbang
memasang baliho di jalan-jalan kota.
Sikap
PDIP ini juga diikuti Fraksi PDS dan PKB, Fraksi Amanat Persatuan, Fraksi
Demokrat dan Fraksi Golkar. Waktu itu, hanya Fraksi PKS yang menolak
pemberhentian Tri Rismaharini.
Risma
bercerita saat satu bulan menjabat ia sudah mau dimakzulkan dari jabatannya. Ia
pun tidak mempermasalahkan hal itu. "Satu
bulan walikota saya mau diturunkan , bagi saya titipan, satu atau dua bulan
beban, ini untuk meringankan pertanggungjawaban kepada Tuhan," imbuhnya.
Risma
mengatakan tidak pernah mencari jawaban. Bahkan Risma siap mati bila dituding
mencari jabatan. "Saya
menyampaikan masalahnya. Bagi saya jabatan ini apa besok saya bisa mati nanti
sore bisa mati. Kalaupun toh kalau Tuhan nanti sore mencabut saya siap. Besok
pagi saya siap," imbuhnya.
Isu
seputar rencana pengunduran diri Risma kembali mencuat saat ia tampil dalam
acara "Mata Najwa" di Metro TV pekan lalu. Saat itu, sambil meneteskan
air mata, Risma mengaku sudah tidak kuat menahan tekanan sebagai orang nomor
satu di Kota Pahlawan tersebut.
5.Karena
Jilbab, Walikota Risma Dijatuhkan Kelompok Anti Islam
Isu
berbau SARA, ternyata berada di balik kekuatan tertentu yang menginginkan
pengunduran diri Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Kelompok anti-Islam
dituding mendukung pelengseran Risma.
Tudingan itu dilontarkan guru besar ilmu politik Nazaruddin Sjamsuddin,
menanggapi kuatnya dorongan agar Risma mengundurkan diri. “Kalo Walkot Risma
tak berjilbab dan berprestasi saya yakin dia tak jadi sasaran utk dijatuhkan.
Unsur-unsur anti-Islam gerah melihat keberhasilan Walkot Risma yang selalu
berjilbab itu,” tegas Nazaruddin melalui akun Twitter @nazarsjamsuddin seperti
diungkap narasumber intelijen.
Nazaruddin
menuding sebuah partai politik ingin menjatuhkan Risma. Partai yang dimaksud
Nazaruddin adalah partai yang juga menjatuhkan Nazaruddin pada 2005. “Partai
yg mau jatuhkan Risma sama dengan partai yg jatuhkan saya pada 2005 melalui
orangnya di KPK. Ini pernah dibongkar KH Hasyim Muzadi. Partai ini ga mau tau
bhw maju mundur n mati hidupnya negeri ini tergantung di tangan umat Islam sbg
mayoritas. Partai ini mmg ga suka akan tokoh/pejabat Muslim yg berhasil. Partai
ini mau agar reputasi Islam sll jelek di negeri ini,” tulis @nazarsjamsuddin.
Terkait
dengan upaya itu, Nazaruddin meminta agar gerakan yang menyudutkan umat Islam
untuk dihentikan. “Para politisi Islam tnp sadar (or, termakan suap?) jstr
menari mengikuti gendang org lain utk ikut jatuhkan Risma. Pintar sekali. Bagi
org yg pelajari kepolitikan Indonesia slm lk 50 th, sy serukan agar
gerakan/intrik2 yg bertujuan utk sudutkan umat Islam dihentikan,” kicau
@nazarsjamsuddin.
Walikota
Surabaya Tri Rismaharini dinilai sebagai tokoh yang perlu didukung masyarakat.
Prinsipnya yang kerap melawan intervensi pemilik modal, membuktikan Risma
sebagai pembela kepentingan orang kecil. "Negara ini harus mendukung orang-orang seperti Risma. Karir dia sebagai
pemimpin masih panjang," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon
di Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Fadli
menilai siapapun yang telah menjadi pemimpin sebuah kota, kabupaten atau
provinsi, sudah bukan milik partai lagi, melainkan milik rakyat yang
dipimpinnya. " katanya.
Itulah
rangkaian kisah seorang pemimpin bijak yang di kulas oleh kawan Fecebokan saya, dalam statusnya yang berjudul "Wajib di contoh" pada tanggal 1 Maret
2014 Jam 17:06 wib dengan akun http://www.facebook.com/dody.stiawan.
Dipenutup kulasannya ia menulis himbauan “SEBAR LUAS KAN....!!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar