Turner Broadcasting System Asia Pacific, Inc menggandeng PT Trans Media Corpora bakal meluncurkan CNN Indonesia, saluran TV berita 24 jam. Selain itu, situs CNN berbahasa Indonesia juga akan diluncurkan di Tanah Air.

Televisi asal Amerika Serikat, CNN mulai September 2014 ini akan mengudara di Indonesia dalam versi bahasa lokal (Indonesia). Hadirnya CNN berbahasa Indonesia setidaknya menunjukkan, pemodal asing sudah bisa masuk ke industri media dalam negeri, sesuatu yang selama hampir 40 tahun tidak diizinkan.

Hadirnya CNN Indonesia juga semakin memperkuat sinyal bahwa Indonesia di mata investor media, memiliki potensi bisnis yang cukup menjanjikan. Dengan penduduknya 240 juta jiwa, pelanggan TV berbayar, sangat potensil. Sebab CNN selain bisa ditonton gratis melalui parabola, siarannya hanya bisa ditangkap melalui dekoder oleh pelanggan TV berbayar.

Kwartal pertama 2013, Bloomberg TV yang juga berasal dari Amerika Serikat, sudah lebih dulu mengudara, dengan versi bahasa Indonesia pula. Sehingga dalam waktu kurang dari dua tahun, dua media broadcasting asal Amerika Serikat berhasil menancapkan kakinya di negara yang memiliki penduduk terbesar ke-4 di dunia.

Tapi sebelum kedua media milik swasta itu masuk, media milik pemerintah Voice of Amerika (VOA) sudah lama 'menguasai' media-media broadcasting di Indonesia. Hampir semua televisi dan radio FM mempunyai program paket yang dibuat oleh crew VOA.

Hadirnya CNN dan Bloomberg TV, serta maraknya program siaran tv dan radio VOA, mau tidak mau memancing sejumlah pertanyaan. Apa yang mendorong pemerintah menderegulasi larangan bagi masuknya asing dalam bisnis media? Karena di era sebelumnya, industri media termasuk bidang investasi yang tertutup bagi asing.

Dan sejak kapan deregulasi itu diberlakukan ?
Lalu berkolaborasinya media-media asing itu dengan para konglomerat lokal, pengusaha yang bermodal kuat, apakah sinerji mereka tidak akan mematikan media-media lokal?
CNN didirikan Ted Turner yang kemudian menjadi bagian dari grup Warner Bros dan majalah Time. Sementara Bloomberg TV didirikan Michael Bloomberg, salah seorang manusia terkaya di Amerika Serikat dan saat ini menjabat Walikota New York.

Bloomberg juga disebut-sebut sedang mengincar kursi nomor satu di Gedung Putih.
Pertanyaan lain yang tidak kalah pentingnya, apa kira-kira makna atas kehadiran langsung media-media berlatar belakang budaya Barat itu bagi kehidupan demokrasi Indonesia?

Akankah media Amerika Serikat itu mau mengubah paradigma tentang pers dan demokrasi di Indonesia? Atau akankah demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia semakin berkualitas mengikuti platform dan paradigma pers dan demokrasi di negara asal kedua media asing itu?

Mungkinkah bertambahnya kehadiran media Amerika akan diikuti oleh 'eksodus' perusahaan non-media lainya? Semuanya pertanyaan itu memerlukan jawaban, setidaknya patut menjadi wacana. Semua pertanyaan di atas, wajar dan normatif. Tetapi memerlukan jawaban yang tidak asal jawab.

Yang masih mungkin bisa terjadi, maraknya media Amerika beroperasi bebas di Indonesia, dapat mengundang lebih banyak media asing masuk. Apakah itu dari Eropa, Australia, China ataupun Jepang.

Ketika pemerintah melarang modal asing masuk di industri media lokal, salah satu alasannya adalah mencegah terjadinya pembentukan opini oleh media asing sesuai dengan karakter asing. Sesuatu yang belum tentu sesuai dengan karakter dan indentitas bangsa Indonesia.

Dilarangnya modal asing masuk ke industri media, juga karena ada kekhawatiran, kehadiran asing dapat mematikan bisnis atau industri media lokal. Kekhawatiran mengemuka, karena media asing memiliki aturan dan format tersendiri dalam melakukan sosial kontrol. Belum tentu cara media asing dalam menerapkan sosial kontrol, sesuai dengan budaya Indonesia.

Sudah menjadi rahasia umum, CNN yang didirikan Ted Turner menjelang akhir 1980-an oleh kalangan tertentu dinilai sebagai media yang mencerminkan pandangan dan budaya bangsa Amerika.

Ketika CNN mengirimkan koreponden atau reporter dan cameraman-nya ke sebuah negara misalnya, hal itu dilakukan karena media ini memiliki data bahwa kepentingan pemerintahnya di negara tersebut, cukup besar.

Dalam hal tertentu CNN juga sering berperan sebagai public relations pemerintah Amerika Serikat. Tidak sekali dua kali, perjalanan seorang Presiden Amerika Serikat ke luar negeri, apakah untuk sebuah pertemuan bilateral atau multilateral, diliput dan disiarkan langsung (live) oleh CNN.

Pada Perang Teluk pertama di 1989, CNN merupakan satu-satunya media Amerika yang berhasil masuk ke Irak. CNN mendapatkan pengakuan dan popularitas dari Perang Teluk tersebut, antara lain karena korespondennya, Peter Arnett, merupakan satu-satunya wartawan asing yang dipercaya Presiden Saddam Husain boleh bertugas di Irak.

Lewat Peter Arnett dari CNN, bangsa dan rakyat Amerika Serikat bisa mengetahui langsung bagaimana situasi politik di Irak. Karena Peter Arnett bisa melaporkan langsung ke Atlanta, kantor pusat CNN, tentang apa yang dia lihat dan dengar di Irak.
Sekalipun tidak ada pengakuan, bahwa Peter Arnett merupakan 'perpanjangan tangan' Amerika Serikat di Irak, tetapi laporan-laporannya cukup mengesankan bahwa media ini memang punya komitmen dan tanggung jawab terhadap bangsanya, Amerika Serikat.

Sebaliknya ketika Indonesia menggelar Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok di Jakarta, pada September 1992, CNN tidak bersedia meliputnya. Hal ini ditengarai, karena Amerika Serikat memang tidak mendukung kebijakan Gerakan Non Blok.

CNN sempat menyewa booth di lokasi konferensi, Jakarta Convention Center. Tapi menjelang pembukaan, CNN menutupnya sekaligus menarik reporter dan cameraman-nya dari Indonesia.

Alhasil, KTT Non Blok yang diikuti oleh lebih dari 110 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dari benua Asia dan Afrika serta Amerika Latin, tidak mendapatkan liputan oleh CNN.

Di Indonesia, CNN berpartner dengan Trans Corporation, perusahaan media yang dimiliki Chaerul Tanjung. Pemilik stasiun TV Trans dan Trans7 yang juga tercatat sebagai salah seorang manusia terkaya di Indonesia, urutan ke-3, belakangan sangat agresif melakukan ekspansi bisnis media.

Beberapa waktu lalu Chaerul Tanjung mengakuisisi Detik Dotkom, media berita internet. Dan baru-baru ini dikabarkan membeli saham PT Telkom Vision, sebuah anak perusahaan BUMN PT Telkom yang punya bisnis di TV berbayar.

Atas fakta ini, diperkirakan CNN Indonesia dalam waktu dekat akan mampu melejit sebagai sebuah media yang diperhitungkan. Sama cepatnya ketika Chaerul Tanjung meluncurkan Trans TV dan membeli Saluran Tujuh miliki Kompas menjadi Trans 7.

Kemudian kita harus memahami dampak yang ditimbulkan oleh CNN dinegara kita, lalu siapa yang akan mengontrol media tersebut ? Kontrol media ini sangat perlu karena CNN akan mampu mempengaruhi kebijakan, para aktor politik bisa memanipulasi agenda baru untuk tujuan mereka sendiri.

Lalu bagaimana apabila yang mengontrol media ini dikendalikan oleh asing (disuap misalnya) ?

Selama ini yang saya tangkap, media adalah sebuah sarana yang digunakan oleh sekelompok pihak untuk membuat opini publik. Sehingga Masyarakat selalu terbawa apa yang dikatakan oleh media. Seharusnya media harus menjadi suatu media atau sarana sosialisasi bagi pemerintah ke masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Jadi harus ada tindakan tegas dari UU pers itu sendiri.



0 komentar:

Posting Komentar