Selasa, 17 September 2013

Pembakar Bintang Bulan Meninggal di Medan

Gambar : Raja Abdullah alias Rado (32),salah satu aksi pembakaran bendera
yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli NKRI,melakukan aksi
pembakaran Bendera Aceh (Bulan Bintang) dan dua foto Wali Nanggroe
Malik Mahmud di Simpang Pelor, Meulaboh. Kamis (12/9)
Sumber www.diliputnews.com
MEULABOH - Raja Abdullah alias Rado (32) yang membakar bendera Bintang Bulan pada Kamis (12/9) lalu dalam unjuk rasa di Meulaboh, dilaporkan meninggal dunia pada Minggu (15/9) sekitar pukul 01.00 WIB di sebuah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara.

Anggota Front Pembela Tanah Air (PeTA) Kabupaten Aceh Barat itu awalnya sedang liburan dengan sejumlah temannya di Medan. Kematiannya mengejutkan, terlebih karena sebelum tewas Rado mengaku pernah diancam pihak tertentu, setelah ia nekat membakar dua lembar bendera Bulan Bintang (bendera GAM) saat unjuk rasa menolak rencana pengukuhan/pelantikan Wali Nanggroe oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 September di Banda Aceh.

Hingga kemarin siang berkembang isu di Meulaboh bahwa Rado meninggal akibat dianiaya bahkan ditembak oleh orang tak dikenal saat berlibur di Medan.
Sepanjang Senin kemarin, Serambi juga mendapat sejumlah pertanyaan dari masyarakat yang meminta kepastian informasi tentang penyebab kematian Rado.

Namun, penyebab kematiannya baru jelas setelah Sekretaris Umum Front PeTA Aceh, Amiruddin yang dikonfirmasi Serambi kemarin sore mengatakan bahwa Rado meninggal akibat serangan jantung. “Tidak benar dia dipukuli oleh sejumlah orang atau ditembak. Itu cuma isu,” kata Amiruddin.
Menurut Amiruddin, Rado justru meninggal dalam pelukannya saat menuju rumah sakit. Sebelumnya, mereka makan nasi dengan lauk kari kambing di Jalan Pandu, Medan. Ketika akan kembali ke hotel, Rado mengalami serangan jantung dan akhirnya diboyong ke rumah sakit.

“Namun, takdir berkata lain, Rado justru meninggal dalam pelukan saya saat dalam perjalanan ke rumah sakit,” kata Amiruddin.
Ia tambahkan bahwa jenazah Rado sudah dimakamkan di kampung halamannya, kawasan Gampong Meunasah Rambot, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat pada Minggu sekitar pukul 17.00 WIB.
Amiruddin menyebut Rado sebagai sosok yang pemberani dan Merah Putih baginya adalah harga mati. Itu sebab, sebelum meninggal, Rado berpesan kepada Amiruddin supaya sebelum jasadnya dimakamkan, lebih dulu diselimuti dengan bendera Merah Putih. Wasiat itu dijalankan Amiruddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar